Friday 10 February 2012

Tragedi Prypiat,Chernobyl,Ukraina


Ledakan nuklir di Chernobyl, Ukraina, terjadi pada 26 April 1986, dimana reaktor keempat meledak pada pukul 01.23 dini hari. Ledakan itu diikuti kebakaran hebat yang menyebarkan gelombang radiasi ke wilayah Eropa. Tak ada penjelasan mengenai penyebab ledakan, selain klaim adanya sebuah eksperimen yang juga tak dijelaskan terperinci
Tragedi ini menyebabkan kontaminasi radiasi meluas di Ukraina, hingga sampai ke Belarus dan Rusia. Butuh dua hari bagi Uni Soviet untuk membeberkan informasi mengenai ledakan ini kepada publik. Tragedi ini juga membuka mata dunia, melalui Badan Energi Atom Internasional (IAEA), bahwa dunia perlu menjalin kerjasama dan berbagai informasi dalam penggunaan energi nuklir.
Hingga saat ini, rehabilitasi untuk korban-korban Chernobyl masih terus berlanjut. Rusia, Ukraina dan Belarus masih terus dibebani dengan biaya dekontaminasi dan perawatan kesehatan bagi korban. Korban tewas tragedi ini 50 orang, terdiri dari para staf reaktor dan tim penyelamat.


Namun dampak dari paparan radiasi Chernobyl sangat luas. Badan Kesehatan Dunia (WHO) menyatakan sembilan ribu orang terkena radiasi. Sedangkan aktivis lingkungan hidup Greenpeace menyatakan jumlah yang terpapar mencapai 93 ribu orang. Mereka mengalami berbagai penyakit seperti kanker dan bayi-bayi dilahirkan cacat karena mutasi gen.

Anekdot pun muncul bahwa saat ini Chernobyl telah kembali menjadi "surga" bagi para binatang. Hal itu didasarkan sejumlah bukti bahwa binatang seperti berang-berang, rusa, kuda liar, rajawali, dan elang telah kembali berbondong-bondong ke zona eksklusi (radius 30 km) Chernobyl sejak manusia meninggalkannya dan perburuan dilarang atau ilegal.
Namun, profesor biologi dari University of South Carolina Tim Mousseau menilai, gambaran seperti itu menyesatkan. Mousseau merupakan salah seorang di antara sedikit pakar yang telah menyelidiki secara dalam keanekaragaman hayati di sekitar Chernobyl.
"Chernobyl sudah pasti bukan lagi menjadi surga atau tempat nyaman untuk kehidupan hewan-hewan liar," tuturnya. "Ketika Anda benar-benar bekerja keras melakukan kajian ilmiah dan mengontrol ketat semua variabel, sinyalnya kuat. Apalagi,  jika Anda melakukan (riset) di banyak tempat berbeda. Ada lebih sedikit jumlah dan jenis binatang (di sekitar Chernobyl) dari yang Anda perkirakan," tambah dia.
Pada 2010, Mousseau dan koleganya menerbitkan sensus terbesar mengenai kehidupan hewan di zona eksklusi Chernobyl. Hasilnya, jumlah mamalia di sana turun tajam. Begitu pula serangga seperti, lebah, kumbang, capung, kupu-kupu, dan belalang.
Dalam studi yang diterbitkan pada Februari lalu, mereka hanya menemukan 550 burung dari 48 spesies yang tinggal di sana. Spesies burung tersebut ditemukan di delapan lokasi berbeda. 
Dalam riset itu, para ahli mengukur besar lingkar kepala burung-burung tersebut untuk menentukan volume otaknya. Hasilnya, burung yang tinggal di zona paling berbahaya (hot spot) memiliki volume otak lebih kecil lima persen daripada yang hidup di wilayah dengan radiasi lebih rendah. Perbedaan itu khususnya banyak ditemukan pada burung berusia kurang dari setahun.
Ukuran otak berhubungan langsung dengan insting berburu dan kemampuan bertahan hidup. Penelitian tersebut menyimpulkan bahwa sebagian besar calon anakan burung yang nantinya akan lahir sama sekali tidak bisa bertahan hidup.
"Fakta itu terkait level kontaminasi (radiasi) yang melatari," ujar Mousseau. "Ada kaitan langsung dari temuan itu dengan konsekuensi (radiasi) terhadap ekosistem secara keseluruhan," tandasnya.
Mousseau menjelaskan bahwa penting mengetahui lebih dalam konsekuensi itu karena ada relevansinya dengan krisis nuklir di PLTN Fukushima Dai-ichi, Jepang. Apalagi Chernobyl adalah bencana terhebat dengan level radiasi tertinggi, yakni 7. Belakangan, status krisis nuklir Jepang sejajar dengan Chernobyl.
Paparan debu dan abu radioaktif terjadi hingga radius lebih dari 200 ribu kilometer persegi setelah reaktor nomor 4 Chernobyl meledak dan terbakar pada 26 April 1986. Ukraina, Belarusia, dan Rusia adalah wilayah terparah yang terkena dampaknya meski paparan radiasi mencapai Skotlandia di bagian utara Eropa hingga Irlandia di barat. Krisis nuklir itu menjadikan sejumlah wilayah terlarang digunakan sebagai peternakan sapi dalam jangka panjang.
Saat ini ancaman utama dari paparan radioaktif itu adalah caesium 137 dan dalam jumlah sedikit lebih rendah yakni strontium 90. Menurut Institut Proteksi Radiologi dan Keselamatan Nuklir Prancis (IRSN), kandungan radioaktif tersebut akan berkurang secara perlahan hingga di level aman dalam kurun waktu ratusan tahun.
Dalam riset yang dipresentasikan di Kiev, Ukraina, pada bulan ini, para ilmuwan Greenpeace membeli makanan dari pasar desa di dua wilayah administratif negara tersebut. Yakni, Zhytomyr dan Rivne.
Melalui tes, mereka pun menemukan caesium 137 di atas level yang diizinkan dalam banyak sampel susu, serta jamur dan buah berry kering. Level yang sangat tinggi ditemukan di Rivne. Tanah rawa yang berair dan membusuk ternyata mengantarkan partikel radioaktif secara lebih mudah dibandingkan dengan tipe tanah yang lain.
Tragedi nuklir Chernobyl tercatat sebagai bencana terburuk dalam sejarah. Tetapi, para pakar mengakui  pula bahwa bencana itu tetap menyimpan bahaya atau risiko yang tidak banyak diteliti. Itu terutama terkait dengan dampaknya terhadap lingkungan tepat setelah seperempat abad bencana Chernobyl berlalu dan sempat tersiar kabar bahwa Chernobyl tidak bisa dihuni untuk 20.000 tahun kedepan.

No comments:

Post a Comment