Dua Korea Menjadi Satu, Mungkinkah?
Purna sudah usia pemimpin Korea Utara, Kim Jong Il. Pria yang mewarisi kekuasaan dari ayahnya, Kim Il Sung, itu wafat Sabtu (17/12) dalam usia 69 tahun. Ia dikabarkan menderita serangan jantung dalam perjalanan kereta dan baru diumumkan secara resmi pada Senin (19/12).
Jong Il meninggalkan kekuasaan untuk putranya, Kim Jong Un. Di bawah pemimpin baru ini, ada keraguan terhadap karisma kekuasaan karena Jong Un dianggap belum setegas dan disegani para pemimpin militer Korea Utara. Jong Un yang ditaksir berusia sekitar 27 tahun, ditempa dengan pendidikan ala Barat. Dilaporkan jika ia bersekolah di Swiss, menyukai olahraga bola basket dan ski, serta memiliki idola pebasket asal Amerika Serikat, Michael Jordan.
Keraguan atas Jong Un ini pula yang membangkitkan harapan terjadinya penyatuan dua Korea, Utara dan Selatan, yang selama ini bertikai sejak Perang Korea pecah di tahun 1950-1953. Dua negara ini terakhir kali mengadakan kontak senjata di tahun 2010 saat Korut menyerang Pulau Yeonpyeong milik Korsel.
AS sebagai sponsor utama Korsel sudah menyatakan siap membantu Korut dalam menjalani 'masa-masa sulit'. Jika bantuan ini ditdrima, maka bukan tidak mungkin penyatuan dua Korea terjadi dan melahirkan negara baru."Amerika Serikat siap membantu masyarakat Korea Utara dan mendesak pemimpin baru mereka untuk bekerja sama dengan komunitas internasional di era baru kedamaian, kesejahteraan, dan keamanan di Semenanjung Korea," ujar Menlu AS Hillary Clinton seperti dilansir Channel News Asia.
Namun, keinginan ini sudah lebih dulu dihalangi oleh China yang selama ini jadi penyokong utama rezim Kom Jong Il. Melalui Kementerian Luar Negerinya, China meminta agar hubungan kedua negara 'tetap bersatu dan berjanji untuk menjaga keamanan Semenanjung Korea'.
Korsel sebagai saudara sedarah juga menunjukkan rasa simpati dengan membatalkan rencana penyalaan lampu Natal raksasa dekat perbatasan Korut. Dikatakan Menteri Pertahanan Korsel, Kim Kwan-Jin, jika negaranya berharap terjadi terjadi kedamaian dengan Korut. "Supaya Utara dan Selatan bisa bekerjasama untuk kedamaian dan kesejahteraan Semenanjung Korea," kata Kwan-Jin.
Jong Un sebagai suksesor belum memberikan pernyataan resmi kemana arah kebijakan negaranya. Namun, saat resmi menjadi pemimpin baru Korut, Jong Un sudah diberi penghormatan oleh media-media lokal sebagai suksesor yang baik. Bahkan potongan rambutnya yang agak nyentrik menjadi bahan propaganda dengan disebut sebagai 'ambisius' atau 'sangat anak muda'. Tinggal ditunggu kemana langkah anak muda ini membawa Korea di masa depan. (Dari berbagai sumber)
Jong Il meninggalkan kekuasaan untuk putranya, Kim Jong Un. Di bawah pemimpin baru ini, ada keraguan terhadap karisma kekuasaan karena Jong Un dianggap belum setegas dan disegani para pemimpin militer Korea Utara. Jong Un yang ditaksir berusia sekitar 27 tahun, ditempa dengan pendidikan ala Barat. Dilaporkan jika ia bersekolah di Swiss, menyukai olahraga bola basket dan ski, serta memiliki idola pebasket asal Amerika Serikat, Michael Jordan.
Keraguan atas Jong Un ini pula yang membangkitkan harapan terjadinya penyatuan dua Korea, Utara dan Selatan, yang selama ini bertikai sejak Perang Korea pecah di tahun 1950-1953. Dua negara ini terakhir kali mengadakan kontak senjata di tahun 2010 saat Korut menyerang Pulau Yeonpyeong milik Korsel.
AS sebagai sponsor utama Korsel sudah menyatakan siap membantu Korut dalam menjalani 'masa-masa sulit'. Jika bantuan ini ditdrima, maka bukan tidak mungkin penyatuan dua Korea terjadi dan melahirkan negara baru."Amerika Serikat siap membantu masyarakat Korea Utara dan mendesak pemimpin baru mereka untuk bekerja sama dengan komunitas internasional di era baru kedamaian, kesejahteraan, dan keamanan di Semenanjung Korea," ujar Menlu AS Hillary Clinton seperti dilansir Channel News Asia.
Namun, keinginan ini sudah lebih dulu dihalangi oleh China yang selama ini jadi penyokong utama rezim Kom Jong Il. Melalui Kementerian Luar Negerinya, China meminta agar hubungan kedua negara 'tetap bersatu dan berjanji untuk menjaga keamanan Semenanjung Korea'.
Korsel sebagai saudara sedarah juga menunjukkan rasa simpati dengan membatalkan rencana penyalaan lampu Natal raksasa dekat perbatasan Korut. Dikatakan Menteri Pertahanan Korsel, Kim Kwan-Jin, jika negaranya berharap terjadi terjadi kedamaian dengan Korut. "Supaya Utara dan Selatan bisa bekerjasama untuk kedamaian dan kesejahteraan Semenanjung Korea," kata Kwan-Jin.
Jong Un sebagai suksesor belum memberikan pernyataan resmi kemana arah kebijakan negaranya. Namun, saat resmi menjadi pemimpin baru Korut, Jong Un sudah diberi penghormatan oleh media-media lokal sebagai suksesor yang baik. Bahkan potongan rambutnya yang agak nyentrik menjadi bahan propaganda dengan disebut sebagai 'ambisius' atau 'sangat anak muda'. Tinggal ditunggu kemana langkah anak muda ini membawa Korea di masa depan. (Dari berbagai sumber)
Sumber : National Geographic Indonesia
No comments:
Post a Comment